Senin, 12 Oktober 2015

Sejarah Candi Prambanan dan Kisah Roro Joggrang 

Hasil gambar untuk candi prambanan 

 

 

 

 Sejarah Candi Prambanan -  Kerajaan Pengging Dan Boko 

    Berawal pada suatu ketika di zaman kerajaan dahulu kala di bumi nusantara ini. Tersebutlah dua kerajaan Hindu yang cukup besar di Pulau Jawa. Yakni Kerajaan Pengging dengan rajanya yaitu Prabu Damar Moyo, Kerajaan yang satunya adalah Kerajaan Pengging dengan rajanya Prabu Boko.

   Dikisahkan bahwa Kerajaan Pengging adalah sebuah kerajaan Hindu di Jawa yang sangat maju dan rakyatnya pun sangat makmur sentosa. Prabu Damar Moyo yang merupakan Raja Pengging, adalah seorang raja yang sangat baik hati dan bijaksana. Beliau memerintah rakyatnya dengan sangat adil. Hal Inilah yang membuat Kerajaan Pengging menjadi damai dan sangat makmur. Raja Damar Moyo memiliki seorang putra bernama Bandung Bondowoso yang sangat perkasa dan gagah berani.

   Sementara di bagian lain lagi, Kerajaan Boko merupakan sebuah keraton yang masih berada di bawah wilayah kerajaan Pengging. Sesuai dengan namannya Keraton Boko ini diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Boko. Di ceritakan bahwa Prabu Boko dikenal sebagai seorang raksasa bengis dan kejam berwajah menyeramkan, dan juga gemar memakan daging manusia. Konon Prabu Boko juga sangat dikenal sebagai raja yang lalim, kejam, dan sangat semena-mena dalam memerintah kerajaannya.

   Akan tetapi dibalik wujudnya yang sangat bengis dan mengerikan, ternyata Prabu Boko memiliki seorang puteri yang sangat cantik jelita paras wajahnya. Roro Jonggrang, begitulah nama  Puteri Prabu Boko. Selain memiliki seorang puteri yang rupawan, Prabu Boko juga memiliki seorang patih kepercayaan. Patih tersebut bernama Patih Gupala yang juga berwujud seorang raksasa.

Sejarah Candi Prambanan Yogyakarta - Peperangan Dua Kerajaan

   Dikisahkan pada suatu ketika Prabu Boko memiliki keinginan untuk memperluas keratonnya dan juga menguasai Kerajaan Pengging yang kala itu menjadi Kerajaan yang sangat kuat. Lalu berundinglah Prabu Boko bersama dengan patihnya yaitu Patih Gupala, serta menyusun berbagai strategi untuk memberontak dan menyerang Kerajaan Pengging. Ketika segala persiapan selesai dan semua kekuatan telah terhimpun, lalu berangkatlah Prabu boko, sang patih, diikuti seluruh pasukan Keraton Boko menyerang Kerajaan Pengging.

   Kemudian tentu dapat di duga, sebuah pertempuran sengit pun terjadi. Pertempuran antar dua kerajaan ini berlangsung sangat sengit dan mengorbankan banyak prajurit dari kedua kerajaan tersebut. Tidak sedikit prajurit meregang nyawa, rakyat jelata juga tidak kalah menderita dan banyak juga yang menjadi korbannya. Tak hanya korban jiwa, ternyata perekonomian kerajaanpun menjadi lumpuh, banyak rakyat menderita kelaparan, terserang penyakit, dan lain sebagainya

   Mengetahui keadaan yang semakin memburuk ini lalu Prabu Damar Moyo mengutus anaknya yaitu Pangeran Bandung Bondowoso untuk melawan Prabu Boko dan merenggut nyawanya. Mendapat perintah dari sang ayah, berangkatlah Bandung Bondowoso menuju medan peperangan. Pertarungan antara Bandung Bondowoso dan Prabu Boko pun pecah. Dalam pertarungan duel ini akhirnya Pangeran Bandung Bondowoso dapat mengalahkan Brabu Boko dan membunuhnya.

   Mengetahui rajanya kalah dan terbunuh, sang Patih Dwarapala pun melarikan diri pulang menuju keraton Boko. Melihat hal itu Bandung Bondowoso tidak tinggal diam, Bandung Bondowoso merasa harus menumpaskan pemberontakan ini sampai tuntas ke akar-akarnya, Ia pun mengejar Patih Dwarapala menuju Keraton Boko.

   Setiba Keraton Boko, sang Patih Dwarapala pun melaporkan apa yang terjadi kepada Puteri Roro Jonggrang. Mendapat kabar bahwa ayahnya telah dibunuh oleh Bandung Bondowoso, Roro Jonggran marah bukan kepalang. Dan mengetahui bahwa Bandung Bondowoso sedang dalam perjalanan menuju keratonnya, akhirnya Roro Jonggrang menyusun siasat untuk menghadapi Bandung Bondowoso.

Sejarah Berdirinya Candi Prambanan - Kekalahan Keraton Boko

   Tatkala Bandung Bondowoso tiba di Keraton Boko, alangkah terkejutnya dia melihat ternyata Prabu Boko mempunyai seorang puteri yang sangat cantik rupawan. Melihat kecantikan Roro Jonggrang yang sangat menggoda, membuat Bandung Bondowoso jatuh hati kepadanya, serta berniat mempersuntingnya.

   Saat mengetahui niat dan gelagat Bandung Bondowoso ini kemudian Puteri Roro Jonggrang pun melancarkan siasat yang telah di susun olehnya. Dia mengatakan kepada Bandung Bondowoso bahwa dia bersedia dijadikan isteri Bandung Bondowoso, akan tetapi ada 2 syarat yang harus dipenuhi. Karena terlanjur terpincut dengan Roro Jonggrang yang jelita, Bandung Bondowoso pun tidak kuasa bersedia memenuhi 2 persyaratan tersebut sebelum menikahi Roro Jonggrang.

   Syarat-syarat yang harus di penuhi oleh Bandung Bondowoso tersebut adalah:
1.  Membuat sebuah sumur Jalatunda
2.  Mendirikian 1000 Candi dalam waktu satu malam

Asal usul Candi Prambanan - Pesona Kecantikan Roro Jonggrang

Sejarah Candi Prambanan dan Kisah Roro Jonggrang
Patung Roro Jonggrang

   Pada akhirnya Sang Pangeran pun bersedia memenuhi kedua persyaratan tersebut. Di mulailah dia membangun sumur yang diminta oleh sang putri. Setelah sumur Jalatunda selesai di buat, Roro Jonggrang meminta Bandung Bondowoso untuk masuk ke dalam sumur tersebut. Ketika Bandung Bondowoso sudah masuk ke dalam sumur Jalatunda, Roro Jonggrang memerintahkan Patih Gupala untuk menimbun sumur dengan tanah dan mengubur hidup-hidup Bandung Bondowoso di dalamnya.

   Ternyata usaha Roro Jonggrang dan sang patih tidak berjalan lancar, Bandung Bodowoso dengan mengerahkan ilmu kesaktiannya, telah berhasil menyelamatkan diri keluar dari dalam sumur yang telah di timbun tersebut. Mengetahui bahwa ia di jebak Bandung Bondowoso pun sangat marah kepada Roro Jonggrang dan mendatangi Roro Jonggrang. Akan tetapi berkat kecantikannya dan bujuk rayu Roro Jonggrang, membuat kemarahan Bandung Bondowoso mereda. Dan Bandung Bondowoso bersedia memenuhi persyaratan yang kedua, yakni membangun 1000 candi dalam waktu 1 malam.

Sejarah Candi Prambanan Jawa Tengah - Siasat Putri Roro Jonggrang

   Permintaan untuk membangun 1000 candi dalam waktu semalam bukanlah perkara yang mudah bagi Bandung Bondowoso meski ia terkenal sangat sakti. Lantas dia pun mengerahkan segala kekuatannya dan meminta bantuan para Jin untuk membuat 1000 candi untuknya, dan para jin pun bersedia membantu.

  Mengetahui bahwa Bandung Bondowoso meminta bantuan jin, Roro Jonggrang yang memang sebenarnya hanya ingin mengalahkan Bandung Bondowoso dan tidak rela bila Bandung Bondowoso bisa menyelesaikan 1000 candi dalam semalam, Roro Jonggrang memutar otaknya dan mengeluarkan siasat yang lainnya. Guna menggagalkan usaha Bandung Bondowoso membangun 1000 candi, ia meminta bantuan para gadis dari keratonnya.

   Gadis- gadis itu diperintah untuk membakar jerami dan menumbuk lesung(alat tradisional jawa untuk menumbuk padi). Jerami pun dibakar agar lagit terlihat terang seperti pagi saat matahari mulai terbit. Kemudian lesung-lesung dipukul agar ayam berkokok pertanda pagi sudah tiba.

   Saat mendengar suara lesung-lesung yang dipukuli, maka ayam-ayam jantan pun bangun dan mulai berkokok semua karena mengira bahwa pagi telah tiba. Sementara para jin yang sedang bekerja membangun candi melihat langit mulai terang dan ayam-ayam jantan mulai berkokok-kokok, juga mengira bahwa hari telah pagi. Mengetahui pagi telah tiba mereka pun menghentikan pekerjaan mereka membangun candi.

Sejarah Candi Prambanan - Candi Sewu Dan Mitosnya

  Melihat para jin yang tiba-tiba berhenti bekerja karena di kira hari telah pagi, Bandung Bondowoso pun terkejut dan curiga dengan yang terjadi. Lalu Bondowoso memanggil Roro Jonggrang untuk menghitung seluruh candi yang telah jadi dibangun tersebut. Setelah dihitung jumlahnya, ternyata candi yang telah selesai dibuat hanya berjumlah 999 buah.

  Menyadari tipu muslihat dari Roro Jonggrang, Bandung Bondowoso pun murka dan akhirnya mengutuk Puteri Roro Jonggrang menjadi candi yang ke 1000. Sungguh ajaib, seketika itu juga tubuh Puteri Roro Jonggrang berubah menjadi patung batu. Bukan hanya itu saja Bandung Bondowoso juga mengutuk para gadis yang telah membantu muslihat Roro Jonggrang menjadi perawan tua dan seumur hidup mereka tidak pernah menikah.

Mengenal Asal-Usul Sejarah Jembatan Merah Surabaya

   Jembatan Merah merupakan salah satu monumen sejarah yang berada di pusat kota Surabaya, Jawa Timur.keberadaan fisik yang dibiarkan sebagai jembatan. Jembatan yang banyak sejarahnya hingga menjadi salah satu judul lagu ciptaan Gesang ini, semasa zaman belanda dahulu jembatan merah dianggap berperan sangat penting dikarenakan menjadi sarana penghubung yang sangat vital untuk bisa melewati Kalimas untuk menuju Gedung Keresidenan Surabaya, yang saat ini sudah tidak ada bangunan fisiknya.

   Di Kawasan sekitar Jembatan Merah merupakan daerah perdagangan yang mulai berkembang sebagai akibat dari Perjanjian Paku Buwono II dari Mataram dengan belanda pada 11 November 1743. Dalam perjanjian itu sebagian daerah pantai utara, termasuk Surabaya, diserahkan penguasaannya kepada belanda. Sejak saat itu wilayah Surabaya berada sepenuhnya di dalam kekuasaan Belanda. Kini, posisinya sebagai pusat perdagangan terus berlangsung. Di sekitar jembatan terdapat indikator-indikator ekonomi, termasuk salah satunya Jembatan Merah Plasa.

  Perubahan fisik Jembatan Merah mulai terjadi sekitar tahun 1890-an, ketika pagar pembatasnya dengan sungai diubah dari kayu menjadi besi. Kini kondisi jembatan yang menghubungkan Jalan Rajawali dan Jalan Kembang Jepun di sisi utara Surabaya itu, hampir sama persis dengan jembatan lainnya. Pembedanya hanyalah warna merah.


   Jembatan Merah menghubungkan Jalan Rajawali dan Jalan Kembang Jepun. Kawasan itu merupakan salah satu pusat perniagaan di Surabaya. Di Jalan Rajawali berdiri berbagai gedung perkantoran, perbankan dan lain-lain. Juga Hotel Ibis Surabaya berdiri kokoh di jalan tersebut. Sejak beberapa tahun lalu, berdiri Jembatan Merah Plasa dan di depannya menjadi terminal bayangan kendaraan angkutan kota, dan bus kota.juga tidak jauh dari jembatan merah ada Makam Sunan Ampel.


  Sebelah timur jembatan merah ada jalan Kembang Jepun. Di jalan Kembang Jepun ini merupakan pusat perdagangan, yang oleh Pemerintah Kota Surabaya dijadikan kawasan pecinan. Di lokasi ini mulai pagi hingga sore, terlihat sangat ramai, macet.

  Untuk menghidupkan kawasan Kembang Jepun, sejak tahun 2003 lalu disulap menjadi pusat makanan Surabaya, atau yang dikenal dengan Kya-Kya. Sepanjang jalan yang berjarak sekitar 300 meter itu, digarap bak kampung pecinan.Wisata Indonesia Surga Dunia.

 


16 Pantai Yang Sering Di Kunjungi di Pacitan

pantai pacitan   Meski mendapat julukan sebagai Kota Seribu Goa, Pacitan juga merupakan salah satu penyedia pantai yang ciamik. Pacitan bahkan merupakan penyumbang pantai terbanyak di Jawa Timur. Total ada lebih dari 10 pantai yang bisa kita kunjungi di Pacitan
Sebagian besar pantai di Pacitan memiliki pasir yang putih dengan air laut yang jernih. Beberapa diantaranya juga memiliki ombak yang cukup tinggi dan cocok untuk surfing
Sebagian besar pantai di Pacitan berada jauh dari kota sehingga suasananya cenderung masih sepi. Pantai yang jauh dari kota tersebut biasanya justru yang memiliki pesona luar biasa cantik
Untuk kamu yang menyukai wisata pantai, khususnya yang tinggal di pulau Jawa, Pacitan nampaknya menjadi salah satu daerah yang wajib dikunjungi. Berikut ini adalah 16 pantai yang bisa kamu kunjungi di Pacitan

1. Pantai Klayar

IMG_3782
  Banyak orang yang berpendapat bahwa pantai Klayar adalah pantai paling cantik di Pacitan. Pendapat tersebut memang ada benarnya jika melihat suasana di pantai Klayar yang cantiknya luar biasa
  Pantai Klayar ini terletak di desa Kalak kecataman Donorojo. Lokasinya cukup jauh dari pusat kota Pacitan. Pantai ini memiliki pasir putih yang sangat lembut dengan ombak yang sedang. Pantai Klayar dikelilingi oleh batu dan perbukitan karang. Di salah satu batu karang yang terletak di ujung timur terdapat sebuah air mancur yang masuk melalui celah-celah karang. Menjadikan suasana di pantai menjadi semakin unik

2. Pantai Srau

pantai srau10
  Pantai yang satu ini juga tak kalah cantik. Lokasinya yang juga cukup jauh dari kota membuat pantai ini tidak terlalu ramai. Di pantai Srau ini, sekali berkunjung kamu akan mendapatkan tiga pantai sekaligus
  Yap, Pantai Srau terdiri atas tiga bagian yang semuanya memiliki pesona yang begitu aduhai. Pasir putih dengan air yang jernih plus bukit dan batu karang yang membuat suasana disana menjadi semakin komplit. Ombak di pantai ini cukup tinggi sehingga di beberapa titik terdapat himbauan untuk tidak berenang. Tapi, bermain-main air di bibir pantai bisa menjadi hal yang menarik dilakukan disini. Pantai yang cocok untuk bermain air adalah yang berada di paling barat. Di dekat pantai paling barat ini terdapat sebuah bukit yang cocok sekali untuk mencari spot foto terbaik
Kecantikan Pantai Srau bisa kamu lihat pada galeri foto berikut

3. Pantai Banyu Tibo

Pantai-Banyu-Tibo
  Dalam Bahasa Jawa, Banyu Tibo artinya air jatuh. Jadi, bisa ditebak bagaimana suasana pantai yang satu ini. Tak jauh beda dengan pantai-pantai lain di Pacitan, Banyu Tibo juga memiliki pasir putih dan dikelilingi oleh bukit-bukit karang
  Yang unik dari pantai ini adalah lokasinya yang berada dibawah sebuah tebing. Yang lebih menarik lagi, ada sebuah air terjun  yang mengalir dari tebing tersebut. Air terjun yang mengalir dari tebing tersebut mengalir langsung ke pantai. Sehingga, tak kebayang bagaimana asiknya suasana disana

4. Pantai Teleng Ria

pantai teleng ria
   Lokasi pantai ini adalah yang paling dekat dengan kota. Hanya sekitar 3,5 km saja. Karna lokasinya paling dekat dengan kota maka suasana di pantai juga cenderung lebih ramai dibandingkan pantai-pantai lain. Apalagi saat hari libur. Tambah rame
   Pantai yang satu ini cocok banget untuk liburan rame-rame bersama keluarga. Untuk menjaga keselamatan para pengunjung, di pantai ini terdapat sebuah life guard tower yang digunakan penjaga untuk melakukan pengawasan terhadap para pengunjung

5. Pantai Buyutan

pantai buyutan
    Kecamatan Donorojo menjadi salah satu kecamatan di Pacitan yang memiliki pantai-pantai dengan pesona luar biasa. Selain pantai Klayar yang sudah sangat terkenal, ada pantai lain yang lokasinya juga di kecamatan yang sama. Namanya adalah Pantai Buyutan
   Tidak jauh beda dengan Pantai Klayar yang merupakan tetangga dekatnya, Pantai Buyutan memiliki pasir putih super lembut yang sayang sekali kalau dilewatkan. Berada di pantai ini kita bisa puas mainan pasir dan air. Pasir yang sangat lembut membuatnya terasa nyaman di telapak kaki

6. Pantai Soge

pantai soge pacitan 3
   Letak pantai Soge berada di pinggir jalan raya lintas selatan Pacitan sehingga sangat mudah diakses. Tak mau kalah dengan pantai lainnya di Pacitan, Pantai Soge juga menawarkan pesona pantai yang ciamik
   Keindahan pantai Soge sudah bisa kita nikmati dari pinggir jalan bahkan sebelum kita memasuki area pantai. Namun tentu saja akan lebih menarik lagi apabila kita menikmati keindahan pantai yang satu ini dari dekat. Daya tarik lain dari pantai Soge adalah keberadaan sebuah kubangan air mirip danau yang terbentuk akibat adanya tumpukan pasir yang mencegah air kembali ke laut saat terjadi pasang. “Danau” cantik ini dikeliling oleh pohon-pohon kelapa yang membuat suasanya sangat pantai banget

7. Pantai Karang Bolong

pantai karang bolong
   Pantai Karang Bolong juga merupakan salah satu pantai yang lokasinya berada di kecamatan Donorojo. Pantai ini dikelilingi oleh tebing karang yang membuat pemandangan disana semakin indah. Pantai ini juga merupakan tentangga dari Pantai Klayar
   Akses menuju pantai ini bahkan melewati pos retribusi Pantai Klayar. Nama pantai ini memang tidak setenar Klayar. Namun soal suasana, pantai yang satu ini tak mau kalah. Kalau kebetulan kamu sedang main ke Pantai Klayar dan ingin mengkeksplor pantai lain yang ada di sekitar sana, mampir ke pantai ini bisa jadi pilihan tepat

8. Pantai Sruni

pantai sruni
   Pantai ini berada satu kecamatan dengan Pantai Srau. Jika pantai Srau cenderung sudah lebih dikenal oleh wisatawan, beda halnya dengan Pantai Sruni. Akses ke pantai ini juga jauh lebih sulit dibandingkan Srau
   Maka tak heran kalau pantai ini masih sangat sepi. Kesepian pantai ini membuatnya seakan pantai pribadi ketika sedang berada disana. Jika kamu termasuk penggemar pantai yang sepi, berkunjung ke pantai ini akan menjadi hal yang sangat menarik

9. Pantai Watukarung

pantai-watu-karung
   Watukarung mungkin adalah pantai terbaik di Pacitan untuk lokasi surfing. Ombak di pantai ini cenderung lebih besar dari pantai-pantai lain di Pacitan, termasuk Srau yang merupakan tetangganya. Tentu saja, keganasan ombak tersebut justru menjadi tempat bermain yang asik untuk para peselancar
Secara keseluruhan pantai ini memiliki pesona yang membuat kita lupa daratan. Air laut yang bersih berwarna biru serta pasir putihnya membuat kita betah berlama-lama disana. Untuk menikmati keindahan pantai kita harus sedikit berjuang karna lokasinya yang mblusuk

10. Pantai Tawang

Pantai Tawang
  Pantai lain yang juga bisa kamu kunjungi di Pacitan adalah pantai Tawang. Pantai ini juga tidak terlalu ramai sehingga sanga cocok untuk mengusir penat. Pantai ini berlokasi sekitar 30 km dari kota Pacitan
  Dengan kondisi ombak yang cukup tenang, pantai ini menjadi salah satu tempat menarik untuk berenang. Lokasi pantai ini tepatnya berada di Desa Hadiwarno, Kecamatan Ngadirojo

11. Pantai Temperan

Tamperan
   Pantai ini adalah sebuah pantai yang digunakan sebagai pelabuhan ikan demi menunjung aktivitas para nelayan di Pacitan. Namun, bukan berarti pantai ini tak menarik untuk dikunjungi. Justru di pantai ini kamu bisa melihat kehidupan para nelayan di Pacitan dari dekat
   Apalagi lokasinya yang sangat dekat dengan pantai Teleng Ria. Selagi piknik ke Pantai Teleng Ria, kamu bisa mampir ke pantai ini

12. Pantai Kali Uluh

Pantai Kali Uluh
   Pantai Kali Uluh juga menarik untuk dikunjungi saat kamu sedang liburan ke Pacitan. Suasananya yang cukup sepi membuat Pantai Kli Uluh sangat tepat untuk mengusir segala kepenatan.
   Pantai ini berada di desa Klesem, Kecamatan Kebonagung. Jika ditempuh dari kota Pacitan kira-kita membutuhkan waktu sekitar 30 menit-an untuk sampai ke pantai ini. Sama seperti pantai-pantai lain di Pacitan, pantai ini juga memiliki pasir berwarna putih. Pantai ini kurang cocok main kejar-kejaran ombak karna di bibir pantainya terdapat bebatuan yang cukup besar

13. Pantai Wawaran

Pantai Wawaran
   Pantai Wawaran juga merupakan salah satu pantai yang menjadi sentra perikanan di Pacitan. Walau demikian, bukan berarti pantai ini tidak menarik untuk dikunjungi untuk kepentingan wisata
   Selain bisa menyaksikan aktivitas para nelayan, di pantai ini kamu juga bisa melihat pemandangan laut yang begitu elegan dengan pasir putih dan air yang berwarna biru. Konon, aktivitas para nelayan disini sudah lebih maju dibanding tempat-tempat lain. Salah satu contohnya adalah penerapan teknologi GPS

14. Pantai Pidakan

Pantai Pidakan
   Pantai yang satu ini memang berbeda dengan pantai-pantai pada umumnya. Jika biasanya orang-orang mencari pantai dengan pasir putih lembut untuk bermain-main, di pantai ini kamu tidak akan mendapatkan hal semacam itu. Karna pantai ini dipenuhi oleh batu-batu kerikil di hampir sepanjang bibir pantai
   Meski demikian, pemandangan ini justru menjadi sangat unik. Apalagi, ada banyak pohon-pohon kelapa yang tumbuh tepat di pinggiran pantai. Menjadikan pantai ini sangat tepat untuk bersantai dan menenangkan pikiran

15. Pantai Taman

pantai taman
   Pantai Taman adalah salah satu pantai lain yang bisa kamu kunjungi di Pacitan. Pantai yang berada di kecamatan Ngadirojo ini sudah memiliki beberapa wahana yang bisa dicoba oleh para pengunjung
Di pantai ini kamu tak cuma bisa menikmati suasana pantai, tapi juga bisa bermain flying fox ataupun outbond. Di pantai ini juga terdapat sebuah penangkaran penyu. Pantai Taman merupakan pantai yang cukup lengkap dan menarik

16. Pantai Kunir

pantai-kunir
    Pantai Kunir berada di desa Pager Kidul, kecamatan Sudimoro. Akses menuju pantai ini memang tidak gampang. Namun, di tengah sulitnya perjalanan menuju pantai Kunir, kamu akan mendapatkan sebuah sajian yang sangat sebanding
    Pantai Kunir memiliki pasir putih dengan ombak yang sedang. Seperti pantai lain pada umumnya di Pacitan. Pantai ini cukup asik untuk mainan air. Panjang pantai Kunir ini sekitar setengah kilometer dan masih sangat sepi. Tipikal pantai yang sangat pas untuk mencari inspirasi

Retjo Sewu sisa kejayaan Retjo Pentung di ujung Pantai Selatan Tulungagung


  Kabupaten Tulungagung adalah salah satu kabupaten kecil di sebelah selatan Propinsi Jawa Timur, saat ini memang tidak banyak orang yang mengenal kabupaten dengan penduduk tak lebih dari 1.03 juta jiwa  ini karena di era modern ini nama Tulungagung kalah pamor dengan kabupaten-kabupaten disekeliling nya, seperti Kabupaten Kediri dengan makanan khas tahu kuningnya, Kabupaten Blitar dengan makam Bung Karno nya atau Kota Malang dengan Apel nya.

Retjo Sewu sisa kejayaan Retjo Pentung di ujung Pantai Selatan Tulungagung
   Sebenarnya nama Kabupaten Tulungagung terkenal pada tahun 1970an, ada beberapa faktor yang membuat nama kabupaten ini terkenal pada masa itu, dimulai dari berjayanya salah satu Bioskop Film “Istana” yang sering mendatangkan artis-artis ibu kota Jakarta ke Tulungagung, selain itu Tulungagung juga dikenal lewat produksi rokok “Retjo Pentung” nya yang kini bungkus nya banyak dikoleksi oleh beberapa kolektor pecinta rokok jadul. Sayangnya dua Ikon kota Tulungagung tersebut tidak bisa eksis hingga saat ini, bioskop Istana kini beralih fungsi menjadi Convention Hall sedangkan Pabrik Rokok Retjo Pentung mengalami kebangkrutan di awal tahun 2000 dan kini tidak lagi berproduksi. Namun sebelum mengalami kebangkrutan, pemilik Pabrik Rokok Retjo Pentung Alm Bapak Soemiran mendirikan sebuah  bangunan yang dikenal dengan nama Pesanggrahan Retjo Sewu di dekat Pantai Popoh Tulungagung.

   Entah apa yang mengilhami hingga terealisasi nya kompleks pesanggrahan ini, bukan tidak mungkin kisah Roro Jonggrang yang cukup terkenal di Candi Prambanan dengan 1000 Arca nya menjadi salah satu faktor pemicu hingga Pesanggrahan ini dibuat. Dahulu kala Pesanggrahan adalah tempat dimana para petinggi kerajaan beserta pasukan nya beistirahat, sementara Retjo Sewu sendiri artinya arca atau patung dengan jumlah 1000.

   1000 arca di kompleks Pesanggrahan Retjo Sewu ini semuanya memiliki bentuk yang seragam yaitu berbentuk arca penjaga yang jongkok dengan mata sedikit melotot, taringnya keluar nampak tajam lengkap dengan sebuah pentungan gadha yang dia sandarkan di bahu kanan, masyarakat sekitar menyebutnya dengan Retjo Pentung, karena arca tersebut mirip dengan logo Rokok Retjo Pentung yang telah di kenal masyarakat. Dalam beberapa catatan sejarah, patung dengan bentuk dan posisi seperti ini disebut dengan patung Dwarapala yang dahulu kala saat jaman kerajaan Majapahit, patung seperti ini berfungsi sebagai penjaga gerbang masuk suatu tempat yang dianggap suci dan penting agar orang-orang yang berada dalam lingkup patung tersebut terlindungi.

   Selain 1000 arca, di pesanggrahan ini anda juga bisa menemukan salah satu ruang yang menurut masyarakat sekitar khusus diperuntukkan sebagai tempat penghormatan untuk penguasa laut selatan, kebenaran akan kisah ini sebenarnya belum bisa dibuktikan karena cerita penguasa Laut Selatan telah berkembang luas di sepanjang pesisir pantai Selatan hampir di seluruh Pulau Jawa. Seperti hal nya satu kamar khusus sebuah hotel di sekitar Pelabuhan Ratu Sukabumi.
Jarak dari pusat kota Tulungagung ke Pesanggrahan Retjo Sewu ini sekitar 30 km, anda bisa memanfaatkan angkutan umum untuk menuju ke sana, namun jangan berharap untuk mencari penginapan atau hotel disana karena hingga saat ini belum ada investor yang menanamkan modal nya disana. Jika anda ingin menuju kesana ada baiknya anda berangkat pagi hari dan balik ke kota Tulungagung di sore hari saat masih banyak angkutann umum yang masih beroperasi

Wisata Bendungan Wonorejo, Tulungagung 

  Selain terkenal dengan 4 wisata pantai dan kerajinan keramiknya, ternyata Tulungagung mempunyai bendungan/ waduk yang cukup besar yaitu waduk Wonorejo. Waduk ini terletak di desa Wonorejo, kecamatan Pagerwojo, kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur. Letak dari pusat kota diperkirakan sejauh 12 kilometer. Bendungan Wonorejo diklaim yang terbesar di Asia Tenggara karena mempunyai kapasitas sekitar 122 juta meter kubik. Bendungan Wonorejo diresmikan pada tahun 2001 oleh Wakil Presiden Indonesia pada tahun tersebut, yaitu Megawati Sukarnoputri, setelah dibangun selama hampir 9 tahun sejak 1992.

Bendungan Wonorejo, Tulungagung

   Dalam proses pembuatannya banyak para pekerja yang meninggal saat menggali terowongan sehingga dibangun monumen untuk mengenang jasa-jasa pembuat bendungan Wonorejo. Di sekitar area bendungan juga terdapat beberapa penginapan, tempat pemancingan, dan area pendataran helikopter. Disarankan pergi ke bendungan Wonorejo pada pagi hari sebelum jam 8 atau pada sore hari sekitar jam 3 sore untuk meghindari panas. Tidak adanya pepohonan disekitar area bendungan membuat sepi pengunjung pada siang hari.
Bendungan Wonorejo 2, Tulungagung

   Bendungan Wonorejo memiliki fungsi penting sebagai salah satu pusat tenaga listrik dan sumber air minum di Provinsi Jawa Timur. Bendungan ini juga berfungsi sebagai sarana untuk pencegah banjir di Tulungagung yang dulu sering melanda kota tersebut, bersama Bendungan Niyama di Kecamatan Besuki. Kini, Bendungan Wonorejo juga berfungsi sebagai salah satu objek wisata andalan Kabupaten Tulungagung selain pantai Popoh, Sine, Sidem, dan Sanggar. Beberapa sarana akomodasi telah dibangun di sekitar Bendungan Wonorejo, salah satu yang besar adalah Swa-Loh Resort.
Bendungan Wonorejo 3, Tulungagung

Transportasi menuju bendungan Wonorejo
Perjalanan menuju bendungan Wonorejo bisa ditempuh menggunakan mobil, dan sepeda motor. Jalan aspalnya halus, tidak terlalu mendaki, sehingga mudah dilewati jenis kendaraan apapun kecuali Bus.

CANDI B

CANDI BOROBUDUR
Mahakarya Arsitektur Abad ke-9

   Jauh sebelum Angkor Wat berdiri di Kamboja dan katedral-katedral agung ada di Eropa, Candi Borobudur telah berdiri dengan gagah di tanah Jawa. Bangunan yang disebut UNESCO sebagai monumen dan kompleks stupa termegah serta terbesar di dunia ini ramai dikunjungi oleh peziarah pada pertengahan abad ke-9 hingga awal abad ke-11. Umat Buddha yang ingin mendapatkan pencerahan berduyun-duyun datang dari India, Kamboja, Tibet, dan China. Tidak hanya megah dan besar, dinding Candi Borobudur dipenuhi pahatan 2672 panel relief yang jika disusun berjajar akan mencapai panjang 6 km! Hal ini dipuji sebagai ansambel relief Buddha terbesar dan terlengkap di dunia, tak tertandingi dalam nilai seni.
   Relief yang terpahat di dinding candi terbagi menjadi 4 kisah utama yakni Karmawibangga, Lalita Wistara, Jataka dan Awadana, serta Gandawyuda. Selain mengisahkan tentang perjalanan hidup Sang Buddha dan ajaran-ajarannya, relief tersebut juga merekam kemajuan masyarakat Jawa pada masa itu. Bukti bahwa nenek moyang Bangsa Indonesia adalah pelaut yang ulung dan tangguh dapat dilihat pada 10 relief kapal yang ada. Salah satu relief kapal dijadikan model dalam membuat replika kapal yang digunakan untuk mengarungi The Cinnamon Route dari Jawa hingga benua Afrika. Saat ini replika kapal yang disebut sebagai Kapal Borobudur itu disimpan di Museum Samudra Raksa.
Untuk mengikuti alur jalinan kisah yang terpahat pada dinding candi, pengunjung harus berjalan mengitari candi searah jarum jam atau yang dikenal dengan istilah pradaksina. Masuk melalui pintu timur, berjalan searah jarum jam agar posisi candi selalu ada di sebelah kanan, hingga tiba di tangga timur dan melangkahkan kaki naik ke tingkat berikutnya. Hal ini dilakukan berulang-ulang hingga semua tingkat terlewati dan berada di puncak candi yang berbentuk stupa induk. Sesampainya di puncak, layangkanlah pandangan ke segala arah maka akan terlihat deretan Perbukitan Menoreh, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi, dan Gunung Merbabu yang berdiri tegak mengitari candi. Gunung dan perbukitan tersebut seolah-olah menjadi penjaga yang membentengi keberadaan Candi Borobudur.
  Berdasarkan prasasti Kayumwungan yang bertanggal 26 Mei 824, Candi Borobudur dibangun oleh Raja Samaratungga antara abad ke-8 hingga abad ke-9, berbarengan dengan Candi Mendut dan Candi Pawon. Proses pembangunan berlangsung selama 75 tahun di bawah kepemimpinan arsitek Gunadarma. Meski belum mengenal komputer dan peralatan canggih lainnya, Gunadarma mampu menerapkan sistem interlock dalam pembangunan candi. Sebanyak 60.000 meter kubik batu andesit yang berjumlah 2.000.000 balok batu yang diusung dari Sungai Elo dan Progo dipahat dan dirangkai menjadi puzzle raksasa yang menutupi sebuah bukit kecil hingga terbentuk Candi Borobudur.
Borobudur tidak hanya memiliki nilai seni yang teramat tinggi, karya agung yang menjadi bukti peradaban manusia pada masa lalu ini juga sarat dengan nilai filosofis. Mengusung konsep mandala yang melambangkan kosmologi alam semesta dalam ajaran Buddha, bangunan megah ini dibagi menjadi tiga tingkatan, yakni dunia hasrat atau nafsu (Kamadhatu), dunia bentuk (Rupadhatu), dan dunia tanpa bentuk (Arupadhatu). Jika dilihat dari ketinggian, Candi Borobudur laksana ceplok teratai di atas bukit. Dinding-dinding candi yang berada di tingkatan Kamadatu dan Rupadatu sebagai kelopak bunga, sedangkan deretan stupa yang melingkar di tingkat Arupadatu menjadi benang sarinya. Stupa Induk melambangkan Sang Buddha, sehingga secara utuh Borobudur menggambarkan Buddha yang sedang duduk di atas kelopak bunga teratai.

  Menikmati kemegahan Candi Borobudur tidak hanya cukup dengan berjalan menyusuri lorong dan naik ke tingkat teratas candi. Satu hal yang jangan dilewatkan adalah menyaksikan Borobudur Sunrise dan Borobudur Sunset dari atas candi. Siraman cahaya mentari pagi yang menerpa stupa dan arca Buddha membuat keagungan dan kemegahan candi lebih terasa. Sedangkan berdiri di puncak candi di kala senja bersama deretan stupa dan menyaksikan sinar matahari yang perlahan mulai lindap akan menciptakan perasaan tenang dan damai.



  Jauh sebelum Angkor Wat berdiri di Kamboja dan katedral-katedral agung ada di Eropa, Candi Borobudur telah berdiri dengan gagah di tanah Jawa. Bangunan yang disebut UNESCO sebagai monumen dan kompleks stupa termegah serta terbesar di dunia ini ramai dikunjungi oleh peziarah pada pertengahan abad ke-9 hingga awal abad ke-11. Umat Buddha yang ingin mendapatkan pencerahan berduyun-duyun datang dari India, Kamboja, Tibet, dan China. Tidak hanya megah dan besar, dinding Candi Borobudur dipenuhi pahatan 2672 panel relief yang jika disusun berjajar akan mencapai panjang 6 km! Hal ini dipuji sebagai ansambel relief Buddha terbesar dan terlengkap di dunia, tak tertandingi dalam nilai seni.
  Relief yang terpahat di dinding candi terbagi menjadi 4 kisah utama yakni Karmawibangga, Lalita Wistara, Jataka dan Awadana, serta Gandawyuda. Selain mengisahkan tentang perjalanan hidup Sang Buddha dan ajaran-ajarannya, relief tersebut juga merekam kemajuan masyarakat Jawa pada masa itu. Bukti bahwa nenek moyang Bangsa Indonesia adalah pelaut yang ulung dan tangguh dapat dilihat pada 10 relief kapal yang ada. Salah satu relief kapal dijadikan model dalam membuat replika kapal yang digunakan untuk mengarungi The Cinnamon Route dari Jawa hingga benua Afrika. Saat ini replika kapal yang disebut sebagai Kapal Borobudur itu disimpan di Museum Samudra Raksa.
Untuk mengikuti alur jalinan kisah yang terpahat pada dinding candi, pengunjung harus berjalan mengitari candi searah jarum jam atau yang dikenal dengan istilah pradaksina. Masuk melalui pintu timur, berjalan searah jarum jam agar posisi candi selalu ada di sebelah kanan, hingga tiba di tangga timur dan melangkahkan kaki naik ke tingkat berikutnya. Hal ini dilakukan berulang-ulang hingga semua tingkat terlewati dan berada di puncak candi yang berbentuk stupa induk. Sesampainya di puncak, layangkanlah pandangan ke segala arah maka akan terlihat deretan Perbukitan Menoreh, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi, dan Gunung Merbabu yang berdiri tegak mengitari candi. Gunung dan perbukitan tersebut seolah-olah menjadi penjaga yang membentengi keberadaan Candi Borobudur.
  Berdasarkan prasasti Kayumwungan yang bertanggal 26 Mei 824, Candi Borobudur dibangun oleh Raja Samaratungga antara abad ke-8 hingga abad ke-9, berbarengan dengan Candi Mendut dan Candi Pawon. Proses pembangunan berlangsung selama 75 tahun di bawah kepemimpinan arsitek Gunadarma. Meski belum mengenal komputer dan peralatan canggih lainnya, Gunadarma mampu menerapkan sistem interlock dalam pembangunan candi. Sebanyak 60.000 meter kubik batu andesit yang berjumlah 2.000.000 balok batu yang diusung dari Sungai Elo dan Progo dipahat dan dirangkai menjadi puzzle raksasa yang menutupi sebuah bukit kecil hingga terbentuk Candi Borobudur.
Borobudur tidak hanya memiliki nilai seni yang teramat tinggi, karya agung yang menjadi bukti peradaban manusia pada masa lalu ini juga sarat dengan nilai filosofis. Mengusung konsep mandala yang melambangkan kosmologi alam semesta dalam ajaran Buddha, bangunan megah ini dibagi menjadi tiga tingkatan, yakni dunia hasrat atau nafsu (Kamadhatu), dunia bentuk (Rupadhatu), dan dunia tanpa bentuk (Arupadhatu). Jika dilihat dari ketinggian, Candi Borobudur laksana ceplok teratai di atas bukit. Dinding-dinding candi yang berada di tingkatan Kamadatu dan Rupadatu sebagai kelopak bunga, sedangkan deretan stupa yang melingkar di tingkat Arupadatu menjadi benang sarinya. Stupa Induk melambangkan Sang Buddha, sehingga secara utuh Borobudur menggambarkan Buddha yang sedang duduk di atas kelopak bunga teratai.
  Menikmati kemegahan Candi Borobudur tidak hanya cukup dengan berjalan menyusuri lorong dan naik ke tingkat teratas candi. Satu hal yang jangan dilewatkan adalah menyaksikan Borobudur Sunrise dan Borobudur Sunset dari atas candi. Siraman cahaya mentari pagi yang menerpa stupa dan arca Buddha membuat keagungan dan kemegahan candi lebih terasa. Sedangkan berdiri di puncak candi di kala senja bersama deretan stupa dan menyaksikan sinar matahari yang perlahan mulai lindap akan menciptakan perasaan tenang dan damai.

 

Telaga Sarangan

  Pemandangan Telaga Sarangan akan memanjakan mata, karena Anda dapat melihat telaga yang luas dan pegunungan hijau Sidoramping di sekitar Gunung Lawu yang menjulang tinggi. Ditambah lagi dengan air telaga yang tenang dan menjadi cermin dari pegunungan dan gunung di sekelilingnya. Memandangi deretan pegunungan dan gunung di sini juga membuat perasaan lebih tenang dan damai ditambah dengan udara sejuk pegunungan dengan suhu sekitar 18-23 derajat Celcius. Udara sejuk pegunungan bisa Anda nikmati karena Telaga Sarangan terletak pada ketinggian sekitar 1000 meter dari permukaan laut.

Telaga Sarangan, Magetan, Jawa Timur

Mengelilingi Telaga Sarangan

  Di pinggir telaga tersedia sepeda air yang menyerupai bebek dan perahu boat. Ini dapat menjadi sarana bagi Anda yang ingin mengelilingi telaga melalui air. Atau Anda dapat berkeliling menggunakan kuda atau delman yang ditawarkan penduduk sekitar. Pasti hal ini dapat menyenangkan buah hati Anda. Atau bagi Anda yang ingin berolahraga, Anda dapat mengelilingi telaga ini dengan berjalan kaki atau berlari. Anda juga akan menjumpai hutan pinus di lereng pegunungan di sekeliling Telaga Sarangan. Suasana yang sejuk dan indah pasti akan membuat olahraga menjadi menyenangkan.

Air Terjun

  Dekat dengan Telaga Sarangan, ada pintu masuk menuju air terjun. Ada tiga buah air terjun yang dapat Anda kunjungi di sini yaitu air terjun Watu Ondo, Pundak Kiwo, dan Jarakan. Di dekat pintu masuk salah satu air terjun ini, ada bekas pesawat yang dijadikan monumen mengingat Kabupaten Sarangan bertetangga dengan Kota Madiun yang adalah Pangkalan Utama AURI.
Jalan menuju air terjun tidak sulit, bahkan setengah perjalanan bisa dilakukan dengan mobil. Perjalanan menuju air terjun akan menjadi perjalanan yang menyenangkan. Anda akan melewati lereng gunung yang digunakan untuk perkebunan. Anda dapat melihat berbagai tanaman sayuran yang mungkin jarang ditemui di kota. Anda juga dapat mencelupkan kaki Anda ke dalam air bening yang dingin dan segar yang digunakan untuk pengairan perkebunan. Hal ini dapat menjadi sarana pembelajaran yang menarik untuk anak Anda.

Sarangan

Sate Kelinci

  Setelah puas berkeliling, Anda dapat memesan sate kelinci dan lontong yang banyak ditawarkan di sekeliling telaga ini. Sate yang jarang ditemui di daerah lain ini layak Anda coba, karena dengan daging yang lembut dan empuk dapat membuat Anda ketagihan. Harga yang ditawarkan Rp 7.000 / porsi, harga yang cukup terjangkau untuk kantong Anda. Makanan lain yang dapat dinikmati di sini adalah nasi pecel. Daerah Sarangan bertetangga dengan Kota Madiun yang terkenal dengan bumbu dan sambal pecel. Pecel ini menjadi istimewa karena bumbu kacangnya yang nikmat ditambah aneka gorengan sebagai pelengkapnya.

Jembatan Galau dan Kawasan Hutan Mangrove Pancer Cengkrong, Trenggalek 

 Kawasan wisata hutan mangrove (bakau) ini letaknya tidak jauh dari pantai Cengkrongan,sekitar  500 meter dari bibir pantai tepatnya di Desa Karanggandu, Kecamatan Watulimo, Trenggalek, Jawa Timur. Kawasan ini dikelola oleh Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Kejung Samodra yang beranggotakan masyarakat sekitar desa Karangggandu. Menuju kesini cukup mudah, dari Trenggalek maupun Tulungagung kita bisa mengikuti Petunjuk Jalan menuju Pantai Prigi – Kecamatan Bandung – Goa Lowo -  Jalan kelak kelok naik turun samping kanan kiri hutan dan kebun warga - Kecamatan Watulimo - Ikuti Arah Pantai Cengkrongan – Desa Karanggandu – Pantai Cengkrongan – Hutan Mangrove Pancer Cengkrong. Detail perjalanannya bisa lihat artikel sebelumnya “ Jalur Wisata Pantai Prigi – Cengkrongan”

Kawasan Parkir, cukup luas
Setelah melewati perjalanan sekitar 2 jam dari Kota Tulunggagung, akhirnya sampai di kawasan parkir hutan mangrove ini. Saat kami berkunjung tidak begitu ramai mungkin karena bukan hari libur. Untuk memasuki kawasan ini kami hanya membayar biaya parkir kendaraan saja. Dari tempat parkir jembatan galaunya sudah terlihat dan siap menemani galau kalian :p
Jembatan galau ini adalah jembatan kayu yang dibangun sebagai tempat untuk para pengunjung berkeliling melihat-lihat kawasan hutan bakau karena tanah tempat tumbuh bakau berupa lumpur yang terbawa aliran sungai Kalisongo, sungai yang bermuara di pantai Cengkrongan. Adanya jembatan galau ini, kita tak perlu lagi kotor-kotoran untuk menikmati suasana hutan mangrove ini. Selain hutan kawasan ini dikelilingi oleh pegunungan, jadi jika cuaca sedang cerah kalian bisa melihat pegunungan di segala arah kecuali arah selatan.
Aliran sungai Kalisongo - eh ada yg lagi galau :D
Pohon mangrove di kawasan ini masih pendek-pendek, sehingga tidak mampu memberi suasana sejuk. Namun di setiap sudut jembatan galau sudah berdiri Gazebo-gazebo untuk pengunjung yang ingin berteduh atau beristirahat memakan bekalnya atau mungkin gazebo ini juga disediakan untuk menggalau :p. Di kawasan hutan mangrove cocok sekali untuk pembelajaran tentang ekosistem hutan mangrove. Kawasan ini tumbuh berbagai jenis mangrove, jenis-jenis akar, kita juga bisa melestarikan alam kawasan ini dengan menanam pohon mangrove yang ada di persemaian.

 

Batu Joko Budeg (di Tulungagung) Jawa Timur


Konon menurut cerita para tetua di kabupaten Tulungagung, ada seorang Jejaka bernama Joko Budeg yang keturunan orang biasa dan Roro Kembangsore dari keluarga Ningrat. Joko Budeg sangat mendambakan Roro Kembangsore menjadi pasangan hidupnya, karena Joko Budeg mencintai Kembangsore dengan sepenuh hatinya. Tentu saja keinginan Joko Budeg yang berlebihan ini tidak mendapat tanggapan dari Kembang Sore, karena Kembangsore berpendapat bahwa Joko Budeg bukanlah pasangan yang setimpal untuk dirinya. Sebagai lelaki Joko Budeg tidak pernah surut keinginannya untuk mempersunting wanita idamannya, berbagai cara sudah dilakukan agar keinginannya bisa terwujud. Lama kelamaan hati Kembang Sore yang keras bagaikan batu, luluh oleh keseriusan Joko Budeg mendekati dirinya. Tetapi tentu saja keinginan ini tidak serta merta diterima begitu saja oleh Kembang Sore. Roro Kembangsore mau menerima lamaran Joko Budeg dengan persyaratan yang harus dipenuhi oleh Joko Budeg. 1335429611817187708Kembang Sore mau dipersunting oleh Joko Budeg asalkan Joko Budeg mau bertapa 40 hari 40 malam di sebuah bukit, beralaskan batu dan memakai tutup kepala “cikrak” (alat untuk membuang sampah di Tulungagung) sambil menghadap ke Lautan Kidul. Joko Budeg menerima persyaratan ini, dan melaksanakan apa yag diminta oleh Roro Kembang Sore. Setelah waktu berlalu sesuai yang dijanjikan, Roro Kembang Sore berharap Joko Budeg datang untuk memenuhi janjinya. Setelah ditunggu 1 hari 1 malam, ternyata Joko Budeg tidak muncul juga, kembang sore mulai cemas (karena sebenarnya di hati Kembang Sore juga tumbuh rasa cinta kepada Joko Budeg). Seketika itu juga Kembangsore mendatangi bukit yang digunakan untuk bertapa Joko Budeg. Sesampai disana masih Nampak Joko Budeg dengan khususnya bertapa. Kasihan melihat keaadaan itu, kembangsore membangunkan Joko Budeg dari bertapanya. Setelah cukup lama usaha Kembang Sore untuk membangunkan Joko Budeg tidak membawa hasil, akhirnya Kembang Sore jengkel, dan keluar kata-kata yang cukup keras “ditangekke kok mung jegideg wae, koyo watu” (bahasa jawa Tulungagungan, dibangunkan kok tidak bangun-bangun, kayak batu) seketika itu terjadi keajaiban alam, Joko Budeg berubah wujudnya menjadi batu. Saat ini bukit tempat Joko Budeg bertapa dikenal dengan nama “Gunung Budeg” dan patung Joko Budeg bertapa masih untuh sampai sekarang. Roro Kembang Sore, dengan penyesalan yang dalam, kembali ke kediamannya dan bersumpah tidak akan menikah dengan orang lain selain Joko Budeg. Roro Kembang Sore akhirnya bertapa di satu tempat, sampai meninggal dan dikuburkan di tepat itu. Saat ini tempat pemakaman kembang sore dikenal sebagai Pemakaman Gunung Bolo yang sangat terkenal (Di Kec. Kauman Kab. Tulungagung). Untuk mencapai lokasi ini tidaklah sulit apabila anda berada dikota Tulungagung, Jawa Timur yang dapat ditempuh selama 3 jam perjalanan darat dari Surabaya atau 2 jam dari kota Malang. Batu besar tersebut bisa disaksikan di kawasan Wajak Kidul dengan bukit tandusnya yang menyimpan jutaan kilo marmer berkualitas terbaik di Indonesia. Semoga kawasan pra sejarah ini masih bisa disaksikan oleh anak cucu kita nanti.